Ruang Bahasa Indonesia Bapak Bataone No.34
バタオネ先生のインドネシア語の部屋 No. 34

No. 35 PEMEKAIAN HURUF MIRING (ITALIK)

1. Huruf miring (italik) dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
  kabar yang dikutip dalam karangan.
  Jadi kalau judul buku, surat kabar, atau majalah dituliskan seperti dibawah ini, penulisan
  tersebut termasuk penulisan yang salah.

  Contoh:
  a-1. Berita itu sudah saya baca dalam harian “KOMPAS”.
  b-1. Ibu rumah tangga menyenangi majalah “FEMINA”.
  c-1. Buku “Negeri Salju” dikarang oleh Yasunari Kawabata.

  Penulisan yang benar ialah,
  a-2. Berita itu sudah saya baca dalam harian Kompas.
  b-2. Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
  c-2. Buku Negeri Salju dikarang oleh Yasunari Kawabata.

2.  Huruf miring dipakai juga untuk menulis kata bahasa asing atau bahasa daerah, jadi bukan
  dengan tanda petik seperti contoh di bawah ini:

  a-1. Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata “penataran” untuk kata “upgrading”?
  b-1. Kebanyakan orang Indonesia lebih suka “yakitori” daripada “sashimi”.
  c-1. Waktu di Bandung, Miki disapa “Neng Geulis” dalam bahasa Sunda.

  Penulisan yang benar ialah,
  a-2. Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran untuk kata upgrading?
  b-2. Kebanyakan orang Indonesia lebih suka yakitori daripada sashimi.
  c-2. Waktu di Bandung, Miki disapa Neng Geulis dalam bahasa Sunda.

Mungkin Anda bertanya, kenapa kata yakitori pada contoh 2. b-2 tidak ditulis dengan huruf
miring, sedangkan kata sashimi ditulis dengan huruf miring, padahal kata asal dua-duanya adalah
bahasa Jepang.

Untuk kata-kata asing, dalam hal ini saya ambil contoh bahasa Jepang, yang sudah diindonesiakan dan dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia? Edisi Ketiga 2002, (Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional) tidak ditulis dengan huruf miring. Misalnya:

bushido (武士道) judo (柔道)
judoka (柔道家) kabuki (歌舞伎)
karaoke (カラオケ) karate(空手)
karategi (空手着) karateka (空手家)
kendo (剣道) kimono (着物)
kumico (組長) obi (帯)
sake (酒) sakura (桜)
samurai (サムライ) sumo (すもう)
yakitori(焼き鳥)

Di samping itu dalam KBBI terdapat pula kata-kata warisan tentara Jepang pada Perang Dunia II, seperti :

heiho (兵補) keibodan (警防団)
kempetai (憲兵隊) romusa (労務者)
sondanco (?)
(mungkin yang dimaksud shodancho (小団長)


Sedangkan kata-kata yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari, (khususnya di kalangan
penggemar masakan Jepang di Indonesia) tetapi belum dibakukan, tetap ditulis dengan huruf
miring.Misalnya:

geisha shabu-shabu
sashimi sukiyaki
sushi takoyaki
yakiniku
dll.

Mudah-mudahan penjelasan di atas dapat menambah sedikit pengetahuan para peminat Ruang
Bahasa Inbonesia (RBI) ini. Mungkin ada di antara para peminat yang ingin mendapatkan penjelasan
mengenai hal-hal terkait bahasa Indonesia, dengan senang hati saya bersedia menjawab sejauh
kemampuan saya. Sampai berjumpa lagi dalam RBI No.36. Salam hangat dari Manado…Sulawesi Utara.


>>THIS PAGE TOP   >>RUANG BAHASA INDONESIA TOP